Iklan Mempengaruhi Ramaja menjadi Perokok


Di Indonesia industri rokok masih melakukan iklan dengan mudah dan bebas yang menjangkau ke anak-anak dan remaja. Iklan-iklan tersebut bisa mempengaruhi anak-anak dan remaja untuk merokok.

Berdasarkan data Global Youth Tobacco Survey pada tahun 2009, terdapat 89.35% remaja di indonesia melihat iklan rokok di billboard, 76.6% pada media cetak dan 7.7% pernah dapat rokok gratis.

Studi lain di Universitas Muhammadiyah Prof. Hamka (UHAMKA) dan studi Komnas Anak pada tahun 2007 dihasilkan bahwa, 77% mengaku iklan bisa menyebabkan mereka untuk selalu merokok, dan 57% mengatakan iklan mendorong mereka kembali merokok walaupun sebelumnya berhenti.

Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi menuturkan "Salah satu tantangan yang harus kita semua sikapi bersama dalam pengendalian merokok adalah masih kuatnya iklan promosi dan sponsor perusahaan rokok. Ini dilakukan secara masif dan intensif serta tertuju pada anak-anak agar menjadi perokok pemula,” saat peluncuran iklan anti rokok terkini di Jakarta (10/10/14).

Melalui Kementerian Kesehatan Pemerintah bekerja sama menggandeng Yayasan Paru Dunia (World Lung Foundation) mempublikasikan kampanye nasional antirokok berupa iklan "Berhentilah Merokok Sebelum Rokok Menikmati Anda"

Iklan layanan masyarakat yang sekarang jarang dijumpai tersebut menampilkan testimoni dari salah satu korban rokok yang terkena kanker tenggorokan stadium 4A, Manat Hiras Panjaitan. Ia merokok sudah sejak usia remaja dan sehari bisa habis 3 bungkus.

Empat tahun yang lalu Hiras didiagnosa kanker pada pangkal tenggorokan dan menjalani operasi. Saat ini ditenggorokannya terdapat lubang bekas operasi dan efeknya sulit bila berbicara lama.

Iklan rokok ini tidak hanya di iklankan di stasiun TV nasional, namun juga terdapat di youtube dan bioskop-boioskop. Waspadai rokok....