Benarkah Saat Batuk, Madu dan Lemon Lebih Efektif Dibanding Obat?

Ilustrasi
Saat batuk, tidak sedikit orang yang langsung menggunakan obat batuk namun sebagian ada yang memilih yang tradisional misalnya minum air jeruk lemon dan madu. Tahukah Anda mana yang lebih efektif?

Sebuah situs National Health Service (NHS) Inggris, menyebutkan bahwa Sebenarnya hanya sedikit bukti ilmiah mengenai efektifitas obat batuk. Walau demikian ada kandungan obat batuk yang memang mampu mengurangi gejala yang mengganggu, salah satunya menurunkan demam atau mengatasi tersumbatnya hidung.

Justru para ahli NHS lebih merekomendasikan mengonsumsi "obat" sederhana dan murah contohnya menggunakan madu dan jeruk lemon untuk mengatasi batuk yang sebentar.

"Tidak ada cara yang cepat untuk menyingkirkan batuk yang disebabkan oleh infeksi virus. Penyakit seperti ini biasanya akan hilang setelah sistem imun melawan virusnya," papar para ahli dalam situs tersebut.

Dua tahun lalu saat dilakukan penelitian juga dijumpai bahwa ada banyak obat batuk populer yang beredar di pasaran tidak bisa bekerja seperti yang mereka iklankan. bahkan sebagian obat batuk berkualitas rendah, malah banyak yang tkelebihan gula.

"Bukti ilmiah di balik obat-obatan batuk sangat lemah dan tidak ada penelitian yang mengatakan obat tersebut dapat mengurangi durasi sakit," papar Dr.Tim Ballard, wakil Royal College of General Practitioners. 

Ditegaskan juga oleh para ahli bahwa obat batuk bukan menyembuhkan batuk namun membantu mengurangi gejalanya. Saat terserang batuk yang perlu kita tahu ialah kenali gejala yang sangat mengganggu dan pilih produk yang paling tepat.

Walaupun untuk batuk yang cuma sebentar lebih disarankan menggunakan bahan-bahan alami, namun untuk batuk yang batuknya cukup lama tetap direkomendasikan untuk berobat ke dokter.

"Jika batuk bertahan lama, misalnya lebih dari seminggu, diderita anak, atau batuk mengeluarkan darah, menyebabkan napas sesak, atau disertai demam tinggi, segera periksakan ke dokter," sambungnya.

Iklan Mempengaruhi Ramaja menjadi Perokok


Di Indonesia industri rokok masih melakukan iklan dengan mudah dan bebas yang menjangkau ke anak-anak dan remaja. Iklan-iklan tersebut bisa mempengaruhi anak-anak dan remaja untuk merokok.

Berdasarkan data Global Youth Tobacco Survey pada tahun 2009, terdapat 89.35% remaja di indonesia melihat iklan rokok di billboard, 76.6% pada media cetak dan 7.7% pernah dapat rokok gratis.

Studi lain di Universitas Muhammadiyah Prof. Hamka (UHAMKA) dan studi Komnas Anak pada tahun 2007 dihasilkan bahwa, 77% mengaku iklan bisa menyebabkan mereka untuk selalu merokok, dan 57% mengatakan iklan mendorong mereka kembali merokok walaupun sebelumnya berhenti.

Menteri Kesehatan Nafsiah Mboi menuturkan "Salah satu tantangan yang harus kita semua sikapi bersama dalam pengendalian merokok adalah masih kuatnya iklan promosi dan sponsor perusahaan rokok. Ini dilakukan secara masif dan intensif serta tertuju pada anak-anak agar menjadi perokok pemula,” saat peluncuran iklan anti rokok terkini di Jakarta (10/10/14).

Melalui Kementerian Kesehatan Pemerintah bekerja sama menggandeng Yayasan Paru Dunia (World Lung Foundation) mempublikasikan kampanye nasional antirokok berupa iklan "Berhentilah Merokok Sebelum Rokok Menikmati Anda"

Iklan layanan masyarakat yang sekarang jarang dijumpai tersebut menampilkan testimoni dari salah satu korban rokok yang terkena kanker tenggorokan stadium 4A, Manat Hiras Panjaitan. Ia merokok sudah sejak usia remaja dan sehari bisa habis 3 bungkus.

Empat tahun yang lalu Hiras didiagnosa kanker pada pangkal tenggorokan dan menjalani operasi. Saat ini ditenggorokannya terdapat lubang bekas operasi dan efeknya sulit bila berbicara lama.

Iklan rokok ini tidak hanya di iklankan di stasiun TV nasional, namun juga terdapat di youtube dan bioskop-boioskop. Waspadai rokok....